Tuesday, August 30, 2005

Satu keinginan


Bukankah cinta datang
Untuk menyatukan dua hati yang berbeda
Dan tiada memaksakan
Satu keinginan atas keinginan yang lain
Karena cinta

Duh, Yana Julio benar-benar menampar wajahku sampai lantak. Bait lagu itu bikin aku semakin mikir, sebetulnya aku cinta atau tidak sama dia? Karena ego dan pemaksaan kehendak masih bermain-main seenaknya diantara kami berdua. Padalah katanya, kalau sudah cinta nggak akan ada lagi paksaan oleh satu keinginan atas keinginan yang lain. Artinya kan aku nggak boleh memaksakan kehendakku atas-nya, aku nggak boleh lagi berpikir kalau dia tidak bisa memenuhi keinginanku artinya dia tidak sayang sama aku. Aku punya kepentingan, begitupun dia. Dan jalan pikiran serta kepentingan kita yang sangat berbeda ada bukan untuk disatukan, melainkan untuk diketemukan. Kami nggak boleh jalan sendiri-sendiri, karena kami sudah berjanji dua setengah tahun yang lalu untuk selalu bersama-sama menjalani segala tawa dan tangis.
Dua setengah tahun ini aku banyak sekali merasakan tawa, aku yakin aku bahagia bersamanya. Dia adalah semua yang selalu aku sebut dalam do’aku.

’Ya Allah berikanlah aku seseorang yang baik,
orang yang bisa membawa aku ke jalan yang Engkau kehendaki
Orang yang takut kepadamu Ya Allah, sehingga segala sesuatu yang kami lakukan hanyalah untuk mencapai-Mu.
Dia tidak perlu tampan, tapi buatlah dia menarik dimataku
Sehingga aku tidak pernah bosan untuk menatap kedua matanya dan melihat senyum di bibirnya
Berikanlah orang yang dewasa, sehingga sifat kanak-kanakku bisa menyejukkannya, dan dia juga bisa menerimaku apa adanya
Semoga orang itu Engkau kirim dalam tahun depan, ya Tuhan’

Tapi, dalam dua setengah tahun ini aku juga banyak menangis. Aku banyak menyesali sesuatu yang tidak seharusnya aku sesali
Banyak sekali sifatnya yang membuat aku kaget, banyak perbuatannya yang bikin aku berpikir, benarkah aku mencintainya dan dia mencintaiku? Atau dia lebih mencintai pekerjaannya sedangkan aku lebih mencintai keinginanku?
Aku tidak suka ketika dia berlama-lama melakukan sesuatu, mungkin dia juga benci dengkur tidurku. Aku benci diamnya ketika kami bermasalah, dan pastinya dia benci dengan sifatku yang suka-suka. Sering aku berpikir dia kurang tegas sebagai laki-laki, dan sudah jelas dia jengkel setengah mati dengan sifatku yang plin plan dan membingungkan. Aku orang lemah dan awam, begitupun dia. Aku masih punya keinginan dan mimpi yang harus bisa aku capai sebelum aku mati, dan dia tidak bisa membantuku mencapai mimpi itu.

Dan, sekali lagi aku sadar, bahwa dari setiap pertengkaran tidak ada lessons learnt yang bisa kami ambil. Dan ini membuat kami terjerembab pada masalah yang sama berkali-lagi lagi. Duh sayang, aku lelah! Aku pingin kita bisa mempertemukan jalan pikiran kita masing-masing, supaya bisa mengatur langkah ke depan dengan tujuan yang lebih pasti. Karena kita sekarang tidak lagi hanya berdua, akan kemana cinta kita jika sampai kita terberai?

Aku menunggu jawabmu....

1 comment:

Anonymous said...

Anggi,

Gue percaya kalau dua orang menikah pasti salah satu alasannya ingin mengenal jauh dan jauh lebih dekat lagi satu sama lain. You'll never really know your spouse sebab marriage is a never-ending journey.

Kalau ada yang bilang menikah dengan orang yang ia kenal, betapa boringnya hidup dia sebab one of the gratest pleasure in marriage is the enjoyment of discovering. Bukan untuk mencari perbedaan namun untuk mensyukuri perbedaan.

Kalaupun akhirnya dari discovering itu jadinya friksi, yang penting you have that spirit: the spirit of making solution. Kalo itu ada, pasti segalanya jadi lebih mudah sebab seperempat beban sudah terbebas.

Percaya gak, once we have a problem, setengah bebannya terlepas ketika kita talk it through (ke orang yang bersangkutan), seperempatnya lepas lagi ketika kita udah punya spirirt of solution. So, yang dikira orang sulit itu sebenernya sih cuma seperempatnya aja ... tapi karena yang lebih kelihatan jadinya rasanya berat banget.

Saran: sit down together, in a relaxed situation (not even your child) then make things clear kalao kalian mau cari solusi. Be constructive. That's it ... the rest, the ball is yours...

I believe that healthy communication does not solve all, but all may not be solved without it.

Good luck!