Tuesday, August 30, 2005

nelongso sendirian

Duuuhh,
Kenapa sih akhir-akhir ini banyak sekali training yang mesti aku ikutin? Kantor yang menitah, jadi aku nggak bisa berbuat apa-apa. Tokh ini buat kemajuanku juga, suamiku pun mendukung, dibayarin kantor pula…mana nggak enaknya coba?
Tapiii….lantas aku berpikir, apakah semua yang aku dapat sebanding dengan waktu yang terbuang untuk bersama suami dan anakku? Dengan seringnya aku menginap di luar rumah kan semakin menpersempit kesempatanku untuk meninabobokan si Kay, untuk memeluk suamiku sebelum kami tidur, untuk bangun pagi bersama-sama dan menyiapkan minuman tuk dua tercintaku, susu untuk si Kay dan coklat panas untuk ayahnya. Bagaimana ini?
Again aku sadar, kesempatan seperti ini nggak akan datang dua kali, so..kenapa aku nggak manfaatkan sebaik mungkin ketika kesempatan itu datang?

Ayah.., neng.., mama pergi dulu sebentar ya! Mama pergi untuk, pastinya, kembali lagi ke hangat peluk dan cium kalian. Do’akan mama nggak akan menangis sepanjang waktu mengingat kalian ya! Kalian harus janji untuk baik-baik selama mama tugas!

Vi voglio bene'

Satu keinginan


Bukankah cinta datang
Untuk menyatukan dua hati yang berbeda
Dan tiada memaksakan
Satu keinginan atas keinginan yang lain
Karena cinta

Duh, Yana Julio benar-benar menampar wajahku sampai lantak. Bait lagu itu bikin aku semakin mikir, sebetulnya aku cinta atau tidak sama dia? Karena ego dan pemaksaan kehendak masih bermain-main seenaknya diantara kami berdua. Padalah katanya, kalau sudah cinta nggak akan ada lagi paksaan oleh satu keinginan atas keinginan yang lain. Artinya kan aku nggak boleh memaksakan kehendakku atas-nya, aku nggak boleh lagi berpikir kalau dia tidak bisa memenuhi keinginanku artinya dia tidak sayang sama aku. Aku punya kepentingan, begitupun dia. Dan jalan pikiran serta kepentingan kita yang sangat berbeda ada bukan untuk disatukan, melainkan untuk diketemukan. Kami nggak boleh jalan sendiri-sendiri, karena kami sudah berjanji dua setengah tahun yang lalu untuk selalu bersama-sama menjalani segala tawa dan tangis.
Dua setengah tahun ini aku banyak sekali merasakan tawa, aku yakin aku bahagia bersamanya. Dia adalah semua yang selalu aku sebut dalam do’aku.

’Ya Allah berikanlah aku seseorang yang baik,
orang yang bisa membawa aku ke jalan yang Engkau kehendaki
Orang yang takut kepadamu Ya Allah, sehingga segala sesuatu yang kami lakukan hanyalah untuk mencapai-Mu.
Dia tidak perlu tampan, tapi buatlah dia menarik dimataku
Sehingga aku tidak pernah bosan untuk menatap kedua matanya dan melihat senyum di bibirnya
Berikanlah orang yang dewasa, sehingga sifat kanak-kanakku bisa menyejukkannya, dan dia juga bisa menerimaku apa adanya
Semoga orang itu Engkau kirim dalam tahun depan, ya Tuhan’

Tapi, dalam dua setengah tahun ini aku juga banyak menangis. Aku banyak menyesali sesuatu yang tidak seharusnya aku sesali
Banyak sekali sifatnya yang membuat aku kaget, banyak perbuatannya yang bikin aku berpikir, benarkah aku mencintainya dan dia mencintaiku? Atau dia lebih mencintai pekerjaannya sedangkan aku lebih mencintai keinginanku?
Aku tidak suka ketika dia berlama-lama melakukan sesuatu, mungkin dia juga benci dengkur tidurku. Aku benci diamnya ketika kami bermasalah, dan pastinya dia benci dengan sifatku yang suka-suka. Sering aku berpikir dia kurang tegas sebagai laki-laki, dan sudah jelas dia jengkel setengah mati dengan sifatku yang plin plan dan membingungkan. Aku orang lemah dan awam, begitupun dia. Aku masih punya keinginan dan mimpi yang harus bisa aku capai sebelum aku mati, dan dia tidak bisa membantuku mencapai mimpi itu.

Dan, sekali lagi aku sadar, bahwa dari setiap pertengkaran tidak ada lessons learnt yang bisa kami ambil. Dan ini membuat kami terjerembab pada masalah yang sama berkali-lagi lagi. Duh sayang, aku lelah! Aku pingin kita bisa mempertemukan jalan pikiran kita masing-masing, supaya bisa mengatur langkah ke depan dengan tujuan yang lebih pasti. Karena kita sekarang tidak lagi hanya berdua, akan kemana cinta kita jika sampai kita terberai?

Aku menunggu jawabmu....

Monday, August 29, 2005

bingung

bingung nih, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing anjlok lagi, malah sudah mencapai titik terendah..
aku bingung mesti seneng atau sedih ngeliat bangsaku terpuruk,
sebetulnya sih sedih, karena itu artinya daya beli masyarakat indonesia menurun tajam, tapi di lain pihak...gaji suamiku diberi dalam euro, artinya kalau nilai tukar euro tinggi kan gaji suamiku otomatis juga bertambah, dan kami masih harus realistis dalam menghadapi hidup ini.

so...sedih atau seneng? hh.. jujur..lebih banyak senengnya sih. Semoga stabil dititik dekat-dekat ini aja, jangan sampai mata uang asing itu merajalela lagi

Amin!